Selandia Baru Beli 4 P-8A Poseidon, akan Fokus Operasikan di Pasifik Selatan -->

Kategori Berita

Iklan Semua Halaman

Selandia Baru Beli 4 P-8A Poseidon, akan Fokus Operasikan di Pasifik Selatan

Berita Militer
Sabtu, 15 Juni 2019

Negara Kiwi yang berada di dekat Kutub Selatan, yaitu Selandia Baru, mengatakan bahwa telah membuat kemajuan dalam program pengadaan pesawat patrol maritim (MPA) Boeing P-8A Poseidon dari Amerika Serikat.
Selandia Baru setuju untuk pengadaan empat P-8A pada Juli 2018. Dikatakan pada saat itu bahwa akuisisi - termasuk sistem pelatihan, infrastruktur, dan pengenalan biaya operasi - akan mencapai nilai 1, 54 miliar dolar AS.
P-8A Poseidon
P-8A Poseidon 
Dalam sebuah pernyataan pada 12 Juni, pemerintah Selandia Baru mengindikasikan bahwa ketentuan akuisisi telah diselesaikan. Pihaknya mengharapkan P-8A pertama akan dikirim ke Angkatan Udara Selandia Baru pada April 2023. Armada MPA ini diharapkan mencapai kemampuan operasi akhir pada 2025.
Pekerjaan infrastruktur untuk memfasilitasi pesawat baru akan dimulai pada Oktober 2019 dan pelatihan instruktur akan dimulai Februari 2020.
Pelatihan awak pesawat dan pemeliharaan akan dimulai pada awal 2022, beberapa bulan sebelum P-8A Selandia Baru pertama mulai terbang.
Guna mendukung pengadaan P-8A, pemerintah juga mengumumkan telah menyetujui investasi sebesar NZD 56,8 juta untuk proyek Operational and Regulatory Aviation Compliance.
Proyek ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa pesawat militer ini akan mematuhi manajemen lalu lintas udara militer-sipil serta sistem identifikasi.
Juga terkait dengan program P-8A adalah proyek Enhanced Maritime Awareness Capability Selandia Baru. Pemerintah juga akan mempertimbangkan pengadaan pesawat kecil, sistem tak berawak atau satelit untuk melakukan tugas pengawasan tambahan dalam zona ekonomi eksklusif Selandia Baru dan wilayah yang lebih luas.
Pemerintah mengatakan bahwa proyek tambahan ini dimaksudkan untuk menjadikan P-8A Poseidon lebih leluasa melakukan lebih banyak misi di wilayah Pasifik Selatan dan bahkan lebih jauh.
Dalam pernyataannya, pemerintah mengatakan bahwa Kementerian Pertahanan saat ini bekerja dengan lebih dari 20 lembaga untuk mengidentifikasi rekomendasi cost-effective untuk memperoleh dan memberikan kemampuan yang diperlukan dalam proyek Enhanced Maritime Awareness Capability project.
Pesawat patroli maritim P-8A Poseidon memang tidak seseksi pesawat tempur siluman F-35 JSF. Namun dalam banyak hal, pesawat yang ditakuti China dan Rusia ini jauh lebih berbahaya ketika mendekati garis depan di Samudra Pasifik.
Pesawat patroli maritim sangat ditakuti karena kemampuannya dalam melacak pergerakan kapal permukaan dan khususnya kapal selam di perairan yang luas.
Bahkan dengan kemajuan sistem persenjataan, pesawat MPA seperti P-8A Poseidon bahkan berpotensi menenggelamkan kapal perang jika terjadi konflik.
TNI AU sendiri cukup jauh ketinggalan dalam hal platform patroli maritim. Terakhir tahun 1980-an, TNI AU membeli pesawat Boeing B737-200 Surveillance yang tentu saja saat ini, teknologinya sudah jauh tertinggal.
TNI AU mengoperasikan tiga pesawat jenis ini. Yaitu B737-200 AI-7301 yang tiba di Indonesia pada 20 Mei 1982. Berikutnya AI-7302 yang mendarat pada 30 Juni 1983, dan AI-7303 tiba pada 3 Oktober 1983.
Di zamannya, B737-200 yang dioperasikan Skadron Udara 5 ini sangatlah canggih. Karena dilengkapi radar SLAMMR (Side Looking Airborne Modular Multi Mission Radar) buatan Motorola yang memaindai target berupa kapal permukaan secara menyamping. (Beny Adrian)
cetak agenda surabaya