Sedang Giat Belanja, Filipina Akuisisi Drone MALE Hermes 900/Hermes 450 untuk Perkuat Kemampuan Intai dan Intelijen -->

Kategori Berita

Iklan Semua Halaman

Sedang Giat Belanja, Filipina Akuisisi Drone MALE Hermes 900/Hermes 450 untuk Perkuat Kemampuan Intai dan Intelijen

Berita Militer
Sabtu, 15 Juni 2019

Tak kunjung diputuskannya pengadaan drone intai berkualifikasi MALE (Medium Altitude Long Endurance) oleh Kementerian Pertahanan RI, berpotensi membuat Indonesia tertinggal dari Filipina dalam operasional drone MALE. Filipina yang ibarat pelan tapi pasti, dalam beberapa tahun ini terus menggenjot modernisasi di sektor alutsista. Di segmen drone, Filipina malahan sudah menerima enam unit drone intai maritim ScanEagle buatan Boeing Insitu. Jenis drone serupa yang akan diterima Indonesia, Vietnam dan Malaysia. Dan kini ada loncatan berupa rencana Filipina untuk mendapatkan drone Hermes 900 dan Hermes 450.
Hermes 450
Hermes 450  
Hermes 900 dan Hermes 450 merupakan produksi Elbit Systems, yaitu manufaktur drone dan alat pertahanan kampiun asal Israel. Dari keduanya, yang secara khusus menyandang gelar MALE adalah Hermes 900. Dengan mesin propeller Rotax 914 berkekuatan 86 kW (115 hp), Hermes 900 mampu mengudara terus-menerus selama 36 jam pada ketinggian 9.100 meter. Dengan bobot penuh 1.100 kg, Hermes 900 dapat dimuati beragam perangkat sensor intai dan komunikasi seberat 350 kg.
Sementara Hermes 450 yang di Asia Tenggara telah digunakan oleh Singapura, diketahui punya flight endurance 20 - 30 jam, meski pihak AU Singapura menyebut endurance dikisaran 14 jam. Hermes 450 punya kecepatan maksimum 176 km per jam, dan kecepatan jelajah 130 km per jam. Bicara payload, muatan yang bisa dibawa adalah 150 kg.
Kabar rencana akuisisi Hermes 900 dan Hermes 450 berasal dari situs globes.co.il (13/6/2019), disebutkan saat ini tengah dilakukan deal akhir untuk akuisisi drone dengan nilai US$180 juta. Nilai tersebut tak hanya untuk Hermes 900 dan Hermes 450, ternyata AD Filipina juga akan mendapatkan drone intai mini dari jenis Skylark 1 dan Skylark 2. Drone untuk mendukung pergerakan pasukan infanteri ini dapat diterbangkan dengan dilontarkan oleh seorang prajurit.
Bagi Filipina nampaknya tak akan ada kendala dalam mendapatkan pasokan alutsista dari Israel, mengingat Elbit System sebelumnya telah terlibat dalam proyek modernisasi kubah kanon pada ranpur M113. Musim panas lalu, media Filipina melaporkan kesepakatan penting lain senilai US$160 juta antara tentara Filipina dan Elbit untuk pengadaan Hermes 450. Menyusul penyelesaian kesepakatan dalam beberapa bulan terakhir, Kemhan Filipina memutuskan untuk memperluas penyebaran intelijennya di udara untuk pasukann dan memperbarui sistem yang sudah dimilikinya, antara lain melalui kualifikasi drone intai strategis Hermes 900.
Pihak Kemhan Filipina menyebut bahwa semua drone intai yang dipasok Elbit System akan digunakan untuk pengumpulan informasi intelijen, patroli, dan misi pertahanan perbatasan.
Masih dari sumber yang sama, ada dugaan bahwa drone yang akan dipasok ke Filipina tidak diproduksi di Israel. Pasalnya 18 bulan lalu, Elbit Systems dan perusahaan India Adani Defense and Aerospace membuka pabrik di wilayah India selatan untuk produksi komponen drone seri Hermes. Dengan dimulainya produksi UAV di India, sumber-sumber Elbit Systems mengatakan bahwa perusahaan akan menggunakan jalur produksi drone ini untuk memasok pelanggannya di seluruh dunia.
Kilas balik ke pengadaan drone TUV (Tactitcal Unmanned Aerial Vehicle) Aerostar yang saat ini dioperasikan Skadron Udara 51, diketahui lewat perantara Philippine Kital Corp, ini lantaran Indonesia dan Israel tidak memiliki hubungan dagang diplomatik. (Bayu Pamungkas)
cetak agenda surabaya