Indonesia Meningkatkan Daya Tangkal Udara dan Lautnya. -->

Kategori Berita

Iklan Semua Halaman

Indonesia Meningkatkan Daya Tangkal Udara dan Lautnya.

Berita Militer
Sabtu, 25 November 2017
Militer.org | Alutsista -  Indonesia dilaporkan termasuk di antara negara-negara yang menyatakan minatnya terhadap rudal jelajah supersonik India-Rusia BrahMos di Dubai Air Show baru-baru ini (At Dubai Air Show, Air Version of BrahMos Missile Find Takers). Dalam program Minimum Essential Force (MEF), Jakarta ingin memperbaiki daya tangkal udara dan lautnya dengan fokus utama pada perang anti-kapal dan anti-kapal selam di perairan pesisir.
Ekspansi militer Indonesia akan terjadi di tengah meningkatnya ketegangan dengan China mengenai daerah yang diperebutkan di sekitar Kepulauan Natuna, termasuk negara Asia Tenggara lainnya.



Rudal anti-kapal Jakarta sudah cukup kuat. Kekuatan ini mencakup MM-38 dan MM-40 Exocet Prancis, SSC-3 Styx Rusia, SS-N-26 Yakhont, serta C-802 China. BrahMos akan menjadi tambahan yang patut diperhitungkan untuk kekuatan rudal Indonesia, karena ini adalah salah satu rudal anti-kapal dan serang darat tercepat di dunia.
BrahMos dapat ditembakan dari kapal, kapal selam dan platform berbasis darat. Sebuah varian untuk pesawat tempur Su-30 MKI telah diuji untuk pertama kalinya (Angkatan Udara India Sukses Luncurkan Misil Tercepat di Dunia dari Jet Tempur), menurut laporan media India.

Friget dan kapal selam adalah dua pilar lain dari arsitektur daya tangkal laut yang direncanakan Indonesia. Pada tanggal 30 Oktober, friget kedua, PKR Sigma 10514 dikirim ke Jakarta oleh galangan kapal lokal PT PAL dan kontraktor pertahanan Belanda Damen. PKR Sigma 10514 adalah kapal perang multi peran yang dapat digunakan untuk misi patroli di zona eksklusif ekonomi negara (ZEE), perang anti-udara, anti-permukaan dan anti-kapal selam seta menjaga keamanan maritim.
Angkatan laut Indonesia juga menunda penonaktifan friget kelas Ahmad Yani. Beberapa friget dari kelas tersebut dikirim ke Laut Natuna sebelum penggelaran friget PKR Sigma 10514 selesai.

Selain itu, pada bulan Agustus, Indonesia menerima kapal selam pertama dari tiga kapal selam Type 209 Chang Bogo yang dipesan pada tahun 2011. Type 209 Chang Bogo dibangun oleh perusahaan pertahanan Korea Selatan DSME. Jakarta berencana membangun armada yang terdiri 10 sampai 12 kapal selam multiguna, yang mampu beroperasi di perairan dangkal (green) dan blue water.

Menyangkut pertahanan udara, Indonesia baru saja menyelesaikan akuisisi sistem pertahanan udara jarak jauh NASAMS besutan Kongsberg Norwegia. Platform berbasis darat harus dilengkapi dengan rudal Raytheon AIM-120 buatan AS.
Indonesia saat ini mengandalkan rudal permukaan-ke-udara jarak pendek seperti Oerlikon Skyshield buatan Swiss. NASAMS akan ditempatkan untuk melindungi ibu kota negara tersebut, namun juga dapat ditempatkan untuk mempertahankan instalasi militer di kepulauan Natuna.

Mengubah Postur

Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki sekitar 18.000 pulau. Pada bulan Juli, Jakarta mengganti nama ZEE bagian utara di Laut Cina Selatan menjadi “Laut Natuna Utara.” Langkah ini mendapat tanggapan keras dari Beijing, yang membantah klaim Indonesia terhadap perairan di sekitar Kepulauan Natuna.
Natuna tidak termasuk dalam “Nine Dash Line” China, yang menggambarkan klaim raksasa Asia tersebut di Laut Cina Selatan. Namun, Beijing mengklaim perairan utara pulau-pulau di Indonesia ini. Daerah ini merupakan tempat menangkap ikan yang kaya dan diyakini memiliki cadangan minyak dan gas alam yang melimpah.

Untuk mengatasi tuntutan teritorial China, pemerintah Indonesia membangun fasilitas udara dan angkatan laut di Kepulauan Natuna. Tahun lalu, Menteri Pertahanan Indonesia Ryamizard Ryacudu mengatakan negaranya akan meningkatkan pertahanan di sekitar Natuna dengan menggelar kapal perang, pesawat tempur F-16, rudal darat-ke-udara, pesawat tak berawak dan radar. Untuk mendukung kegiatan militer di Natuna, angkatan udara Indonesia juga mengusulkan pengembangan pangkalan udara di pulau Batam, 20 kilometer dari pantai selatan Singapura.

Susi Pudjiastuti, menteri kelautan dan perikanan di Indonesia, mengatakan bulan lalu bahwa negaranya harus memperkuat pertahanan angkatan laut melawan penangkapan ikan ilegal oleh kapal berbendera asing. Kasus perburuan di perairan Natuna telah berlipat ganda dalam beberapa tahun terakhir. Khususnya, kehadiran kapal nelayan China yang konstan yang didukung oleh penjaga pantai negara mereka, telah memanaskan hubungan antara Indonesia dan China. Angkatan laut Jakarta dan Beijing terlibat tiga kali perselisihan pada tahun lalu.

Indonesia tetap menunjukkan sikap ‘low profile’ di Laut Cina Selatan sampai saat ini. Sementara Vietnam dan Filipina telah melunakkan penentangan mereka terhadap tuntutan teritorial China (yang juga telah ditolak oleh sebuah pengadilan internasional), Jakarta menunjukan sikap yang lebih tegas dalam menjaga kepentingan maritimnya.

Pembangunan militer Indonesia di wilayah yang berbatasan dengan Laut Cina Selatan dapat dilihat terutama sebagai sikap geopolitik. Jakarta ingin mengirim pesan ke Beijing bahwa pihaknya akan mempertahankan hak kedaulatannya. Tapi, hanya dengan kerjasama strategis dengan pelaku regional dan non-regional yang mewaspadai ekspansi militer China yang akan memberikan “gigi” ke Jakarta untuk menghadapi tekanan China terhadap Laut Natuna (Utara), sebagaimana dilansir dari Asia Times (20/ 11).

Photo :
AIM-120 missile launched from a Norwegian NASAMS-2 launcher on a test flight.

Editor :
(D.E.S)

Sumber Artikel :
https://lancercell.com/2017/11/24/indonesia-meningkatkan-daya-tangkal-udara-dan-lautnya/







Terima Kasih Telah Berkunjung di Portal Berita Militer Indonesia Terbaru dan Terupdate,
Militer.Org menampilkan Seluruh kegiatan Militer Negara Kesatuan Republik Indonesia,
Baik TNI dan Polri, Sumber yang kami dapat berasal dari berbagai sumber online dan
Sumber lapangan langsung

FOR INFO CALL US
08155559151
corpsmilitary@gmail.com
cetak agenda surabaya